Matahari kian beranjak
dari tempatnya, membawa serta sinarnya yang indah, perlahan langit pun berubah
menjadi kelabu, kala itu jam 18.30 Dina
berjalan santai, walau sendiri tampak tak ada gurat kesepian dalam wajahnya,
sepulangnya dari kantor masih dengan rok hitam dan kemeja batiknya dia langsung
menuju suatu mol ternama di Ibu kota, maklumlah sekarang ini adalah awal bulan
dimana dia mendapat rezeki bulanannya, dan dia beniat untuk belanja bulanan.
Sewaktu dia melewati
loby mol tiba-tiba terdengar suara laki-laki memanggilnya,
"Hai Dina” Dina
coba menerka dari mana suara itu berasal, dia pun membalikkan badannya sambil
mencari siapa lelaki yang memanggilnya.
"Vi.. Vino” jawab
Dina dengan pelan sambil mengkerutkan
jidatnya seolah tak percaya bahwa lelaki berkemeja biru dengan celana jeans
hitam itu yang memanggilnya adalah Vino.
"iya,
apakabar?" tanya Vino dengan senyum mengembang.
Dina yang masih dengan
perasaan tak percaya bahwa dia bertemu dengan Vino mencoba menenangkan diri.
"mmmm gue baik vin”
jawab Dina dengan singkatnya.
"kamu mau kemana?”
"oh iyaa gue mau
belanja, mmm,, sory ya gue duluan soalnya klo akhir bulan rame banget dan
kasirnya pasti antri, gue males kalau lama-lama” jawab Dina yang seakan tak
ingin berlama-lama berbincang dengan Vino.
“ooh gitu” jawab Vino yang
masih terheran akan sikap Dina yang seakan menghindar darinya
“yaudah bye”
Dina pun bergegas menuju
supermarket dalam mol tersebut, meninggalkan Vino yang masih berdiri mematung
melihat sikap Dina yang dingin kepadanya.
Dengan jantung yang
masih berdegup kencang, dan dadanya yang mendadak menjadi sesak dia mencoba
terus beristigfar dalam hatinya.
“Astagrirullahaladzim,,
ya Allah,,, kok bisa sih ketemu sama dia lagi disini”
Dina masih sedikit syok
karena bertemu dengan Vino yang juga sedang ada pameran kendaraan di mol ini.
“aaaah yaudahlah,, nanti
pulanya jagan lewat loby lagi biar gak usah ketemu sama dia, males banget”
ungkap Dina dalam hatinya yang masih tak berkenan dengan pertemuan dengan vino
di loby mol tadi.
Dina pun memasuki
supermarket untuk belanja bulanan,
Seletah membayar semua
belanjaan digenggamnya satu kantong plastic putih besar itu di tangan kanannya,
begitu keluar dari supermarket diliatnya jam tangan berwana silver kesayangnnya
itu.
“wah baru jam delapan,
makan dulu ah laper” ungkap Dina yang seakan enggan pulang.
Dina yang sedari pulang
kantornya itu memang belum makan pun menuju restoran cepat saji, dibelinya
Hamburger dan satu botol soft drink. Dina menuju balkon restoran tersebut, ia
lebih memilik makan di area terbuka, walau smoking room tapi ia tak perduli, ia
hanya ingin makan sambil menikmati udara malam dan kendaraan yang
berlalu-lalang di sekitar morl tersebut. Ditelakkannya kantong plastic putih
itu di bangku sebelahnya, sambil menikmati hamburgernya, tetiba dia teringat
kambali akan pertemuannya dengan Vino di loby mol tersebut.
Vino dan Dina memang
dulu pernah ada hubungan, Vino sangat sayang kepada Dina, namun kala itu Dina
belum bisa membuka hatinya untuk laki-kali karena baru saja putus dengan teman
sekantornya yang bernama Antony, Dina merasa sangat sakit hati karena diduakan.
Vino sudah berkali-kali meyakinkan Dina kalau dia tulus mencintai Dina dan
tidak menyakiti hatinya kelak. Dina pun akhirnya mencoba untuk membuka hatinya
kembali untuk Vino, namun tetap sulit
baginya untuk mulai mencintai, rasa trauma yang dialaminya sangat memebekas
dalam hatinya. Hingga akhirnya Dina pindah dari tempat kerja dan Vino pun memutuskan
untuk melepaskan Dina, karena usianya yang sudah cukup matang Vino akhirnya
menikah dengan wanita lain lima bulan setelah Dina pindah dari tempat kerjanya
itu.
Dina masih disibukkan
dengan lamunanya akan Vino, hamburgernya pun
telah habis disantap, sambil meminum soft drink, dan memandangi
kendararan yang lewat di depan mol. Tetiba ada seseorang yang menyentuh
pundaknya dan memanggilnya.
"Dina”.
Suara tersebut
membuyarkan lamunan Dina, diapun segera menoleh kebelakang.
Betapa terkejutnya dia
bahwa yang menepuk pundaknya adalah Vino.
"Vino,,," jawab
Dina dengan rasa tak percaya bahwa akan bertemu dia lagi.
"kok belum pulang,
udah selesai belanjanya?" tanya Vino dengan lembutnya.
"udah,, tadi laper
banget jadi mampir kesini buat makan sambil istirahat sebelum pulang"
jawab dina yang terlihat kikuk dengan kehadiran Vino.
“boleh aku duduk?” tanya
vino kepada Dina.
Dina pun hanya
menganggukan kepalanya.
"loe kok bisa tau
gue ada disini ?? ngikutin gue yaa?? " tanya dina yang masih terheran
kalau Vino bisa menemukannya.
"tadi gue mau
balik, pas lewat tangga escalator ke
arah basement dari jauh gue liad loe lagi duduk sendirian, yaa gue samperin
aja,, kenapa ? apa gue ganggu loe ? " balik Vino bertanya pada Dina.
"mm..enggak kok,
cuma heran aja kok bisa ketemu lagi"
"enggak seneng ya
ketemu gue lagi ?”
"bisa aja lw” jawab
Dina sambil tersenyum kecil yang terlihat dipaksakan
Lalu keduanya sama-sama
terdiam,mata Vino dan Dina sama-sama melihat ke jalan di depan mol,, udara
malam yang dingin ikud menemani keduanya,,
"Gimana Din, kamu
lagi deket sama siapa? udah punya pacar ?" tanya vino mencoba basa-basi
demi memecah kesunyian diantara mereka.
"Belom" jawab
dina dengan sedikit rasa malas. "istri loe gimana? udah hamil?' balik Dina
bertanya pada Vino.
"Alhamdulillah,
udah 5 bulan".
"oowh Alhamdulillah
bagus deh"
"Din, kenapa sih
kotak BB gue loe apus?, loe marah ya sama gue?" dengan wajah serius Vino
bertanya.
"Enggak kok"
jawab Dina dengan singkat, sambil meminum soft drink yang hampir habis.
"Trus kenapa?”
Tanya Vino sambil menatap dalam-dalam wajah perempuan yang sudah hampir satu
tahun tak ia temui itu.
Dengan menghirup udara
malam, dan dengan tatapan ke arah jalan Dina mencoba untuk menyusun kata
menjawab pertanyaan Vino. Dadanya kembali terasa sesak, memory yang dulu telah
dikuburnya dalam-dalam sekarang mucul tak diundang.
"Gue itu wanita
yang paling bodoh Vin” ungkap Dina sambil mendukan kepalanya seakan ada ada
penyesalan yang terhimpun begitu besar.
“Disaat itu perasaan gue
lagi sakit sama temen sekantor gue, hati gue capek di sakitin terus, sampe
membuat gue takut buad jatuh cinta, hingga ada seorang laki-laki yang coba
nawarkan dengan tulus rasa sayang sama gue,
tapi gue terlalu takut untuk buka hati, untuk dapat mencintai pria
tersebut. Dia datang disaat yang salah, disaat hati gue udah mulai membeku
untuk bisa mencintai seorang laki-laki. Tapi lelaki itu dengan sabarnya terus
berusaha mendapatkan simpati gue, dia terus memperjuangkan perasaan cintanya
yang ternyata udah dua tahun dia pendem”. Ungkap Dina dengan air mata yang
mulai mengembang.
Dina mencoba menghela
napas dalam-dalam untuk menahan air mata itu agar tak jatuh di pipinya.
"tapi gue terlalu
egois, hingga mungkin dia merasa lelah dan perjuangannya sia-sia lalu dia pergi
meninggalkan gue. Tapi.. tanpa laki-laki itu sadari, cinta yang tulus itu terus
mengikuti gue,, gue terus kebayang wajah dia, terbayang akan kebaikannya, tapi
gue terus menyangkal kalau gue udah jatuh cinta sama dia. Sampai akhirnya dia
ngabarin gw kalau dia akan segera menikah”
Dina mulai tak bisa
membendung air matanya, perlahan airmata itu membahasi pipinya, dengan suara
yang mulai parau dia melanjutkan ceritanya.
“Saat denger kabar itu
tubuh gue gemetar,, gue cuma bisa terdiam,, dada gue sakit,,
Gue seperti mimpi, seakakan
tak percaya bahwa dia akan menikah secepat itu. semenjak itu wajah dia seperti
makin sering mengikuti gue, gue lebih banyak diam, tapi dalam diam itu selalu
dia yang gue pikirin. Sampai pada saat malam sebelum dia menikah itu adalah
puncak kegalauan gue, gue gak bisa tidur sampe jam empat subuh. Dikamar gue cuma
bisa nangis, ngebayangin dia yang besok mau menikah. Rasanya gue mau telpon
dia, gue pengen bilang kalau gue udah jatuh cinta sama dia. Tapi apa daya gue
hanya bisa terdiam menagis menunggu pagi,,, yaa nunggu waktu pernikahan dia
dengan wanita pilihannya. Gue nyeseeel banget, karna gue gak memperjuangin
cinta gue, gak seperti dia yang terus berusaha memperjuangkan cintanya. GUE
BENCI DIRI GUE SENDIRI,, GUE BENCI !!!!”
Vino hanya tertengun
mendengarkan cerita Dina, ia tersadar bahwa lekaki yang di ceritakan Dina
adalah dirinya, Vino tak percaya bahwa Dina ternyata menyimpan rasa cinta
kepadanya. Dengan air mata yang makin membanjiri pipinya Dina berusaha
melanjutkan kisahnya.
"apa ada keadaan
yang lebih buruk selain loe benci sama diri loe sendiri ???" itu rasanya
gak enak Vin, nyiksa banget. Sampai saat ini gue terus berjuang ngelupain dia,
Cinta dia sederhana tapi begitu membekas di hati gue, tapi gue gak bisa
terus-terusan begini, gue coba hapus kontak BBnya, hapus dia dari pertemanan di
Facebook pokonya gue mau dia hilang dari hidup gue”.
Dina coba menyika air
matanya yang sedari tadi membasahi pipinya sambil menenangkan dirinya.
"jadi sekarang loe
paham kan vin,, kenapa kontak BB loe gue hapus,,, cuma dari hati dan fikiran gue aja vin loe gak bisa keapus”
ungkap Dina dengan air mata yang kembali mengalir dari sela-sela matanya.
"Jadi itu
alasanya" jawab vino dengan mata yang terus memandangi Dina.
"Lebih baik gue gak
pernah kenal sama loe Vin,, dari pada gue harus ngelupain loe,, berat rasanya,,
loe begitu baik sama gue,, begitu tulus,, Inget sama loe itu sama aja
inget kebodohan gue Vin"
Bibir Vino kelu, ia
mematung tak tau harus berkata apa untuk menenangkan Dina. Disatu sisi ia
bahagia karena ternyata Dina mencintainya bagitu dalam, tapi disatu sisi dia
sudah tak mungkin mencintai Dina, karna kini statusnya telah menikah ditambah
istrinya yang juga tengah mengandung buah hatinya.
"takdir ini terlalu
pahit Vin,, tapi inilah yang harus kita jalanin" ucap vina dengan sedikit
terisak kepada Vino. "Gue berharap semoga Allah gak mempertemukan kita
lagi vin,, cukup ini pertemuan kita yang terakhir".
"hlo kenapa ???
" tanya Vino dengan herannya
"Karna gue mau
lupain semuanya,, ini terlalu menyakitkan Vin,, disaat gue terdasar kalau gue
jatuh cinta, tapi disaat itulah gue pun tersadar bahwa gue gak akan pernah
bersatu dengan orang yang gue cintai…Gue cuma bisa ber'doa yang terbaik buat
loe Vin, semoga kehamilan istri loe lancar, dan loe mempunyai anak yang
lucu" ungkap Dina sambil menyeka kembali airmatanya yang seakan tak
berhenti mengalir.
“Amin” ungkap Vino pelan
menjawab do’a dari Dina. “Jujur Din, disatu sisi gue seneng denger loe ternyata
mencintai gue, tapi disisi lain gue sedih denger loe tersiksa akan cinta loe ke
gue, gue gak pernah bermaksud menyakiti perasaan loe din”.
“loe gak salah vin, gue
yang salah, gue yang egois, gue yang bodoh, gue yang gak bisa bedain mana cinta
yang tulus sama gue, mana yang cuma main-main aja”.
Kali ini Vino yang terdiam,
dia mengelas napas panjang, ingin rasanya dia memeluk Dina untuk menenangkan
hatinya yang saat ini pasti tak karuan. Tapi apa ada dia telah beristri dan dia
tak mungkin memeluk wanita lain selain istrinya, walaupun jauh dalam lubuk
hatinya dia masih ada cinta untuk Dina.
“gue yakin Allah akan
memberikan lelaki yang lebih baik dari gue kok Din” ungkap Vino kepada Dina.
"Amin" Dina
hanya menjawab singkat sambil memalingkan wajahnya dari pandangan Vino.
"gue capek terjebak masa lalu gini vin,, gue lelah" kata dina sambil
menundukan wajahnya.
"sabar din,, akan
ada waktunya loe bahagia kok" jawab Vino yang coba menenangkan Dina
Tanpa terasa malam pun
kian larut, perlahan pengunjung dalam restoran pun meninggalkan tempatnya.
Hanya tinggal beberapa saja yang masih ada dalam resetoran tersebut. Dina kembali melihat jam tangannya yang sudah
menunjukan pukul 21.10
"Udah malem Vin,
bentar langi restorannya juga udah mau tutup”
“iya, loe mau gue
anterin pulang?”
"gak usah vin,
makasih, gue naik Taxi aja"
"kok gitu sih,, ini
kan udah malem,, gak papa ya gue anterin" desak Vino pada Dina
"gak usah loe
pulang aja, nanti loe kemaleman, kasihan istri lw nungguin, apalagi sekarang
dia lagi hamilkan,, lagi pula rumah gue deket kok dari sini”
"tapi loe gak papa
kan"
"I'm
oke"
Dina pun begegas
mengambil kantong belanjaannya yang tadi di telakkan dibangku sebelahnya.
keduanya pun berjalan
beriringan keluar dari restoran yang saat itu sudah mulai sepi.
“selamat tinggal vin,,
jaga istri loe baik-baiknya" ucap Dina pada Vino di dekat tangga tangga
escalator menuju basement,
"jaga diri kamu
baik-baik juga ya Din,, gue yakin loe pasti akan dapet orang yang jauh lebih
baik dari gue kok”
"makasih"
jawab Dina dengan singkat
"yaudah gue duluan
ya, loe beneran nie gak mau gue anter?” ucap Vino yang hendak menaiki eskalaor untuk
ke parkiran, sambil mencoba kembali membujuk Dina dan berharap Dina berubah
fikiran.
“iya beneran,, gue bisa
pulang sendiri kok, ati-ati ya”
"kamu juga
hati-hati naik Taxinya ya"
"iya”
keduanya pun berpisah,
Vino turun dengan eksalator menuju tempat mobilnya di parkir dan Dina menuju
pintu keluar untuk mencari taxi,,
Dalam langkahnya ke
pintu keluar, Dina teringat kembali kata-kata Vino yang mengatakan “gue yakin
loe pasti akan dapat orang yang lebih baik dari gue kok Din”.
Dina pun hanya dapat
berucap dalam hati
“Sampai saat ini masih
kamu yang terbaik Vin”
Tanpa disadari air
matanya kembali mengalir mengiringi langkahnya meninggalkan mol tersebut.
T’lah kau semaikan cinta,,
Dibalik senyuman indah,,
Kau jadikan seakan nyata,,
Seolah kau belahan jiwa,,
Meskipun tak mungkin lagi,,
Tuk menjadi pasangan mu,,
Namun ku yakini cinta,,
Kau kekasih hati,,
(kahitna – Soulmate)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar