pointer

Rabu, 19 Desember 2012

Cerpen "Terjebak Masa Lalu"


Matahari kian beranjak dari tempatnya, membawa serta sinarnya yang indah, perlahan langit pun berubah menjadi kelabu, kala itu  jam 18.30 Dina berjalan santai, walau sendiri tampak tak ada gurat kesepian dalam wajahnya, sepulangnya dari kantor masih dengan rok hitam dan kemeja batiknya dia langsung menuju suatu mol ternama di Ibu kota, maklumlah sekarang ini adalah awal bulan dimana dia mendapat rezeki bulanannya, dan dia beniat untuk belanja bulanan.

Sewaktu dia melewati loby mol tiba-tiba terdengar suara laki-laki memanggilnya,
"Hai Dina” Dina coba menerka dari mana suara itu berasal, dia pun membalikkan badannya sambil mencari siapa lelaki yang memanggilnya.
"Vi.. Vino” jawab Dina dengan pelan  sambil mengkerutkan jidatnya seolah tak percaya bahwa lelaki berkemeja biru dengan celana jeans hitam itu yang memanggilnya adalah Vino.
"iya, apakabar?" tanya Vino dengan senyum mengembang.
Dina yang masih dengan perasaan tak percaya bahwa dia bertemu dengan Vino mencoba menenangkan diri.
"mmmm gue baik vin” jawab Dina dengan singkatnya.
"kamu mau kemana?”
"oh iyaa gue mau belanja, mmm,, sory ya gue duluan soalnya klo akhir bulan rame banget dan kasirnya pasti antri, gue males kalau lama-lama” jawab Dina yang seakan tak ingin berlama-lama berbincang dengan Vino.
“ooh gitu” jawab Vino yang masih terheran akan sikap Dina yang seakan menghindar darinya
“yaudah bye”
Dina pun bergegas menuju supermarket dalam mol tersebut, meninggalkan Vino yang masih berdiri mematung melihat sikap Dina yang dingin kepadanya.

Dengan jantung yang masih berdegup kencang, dan dadanya yang mendadak menjadi sesak dia mencoba terus beristigfar dalam hatinya.
“Astagrirullahaladzim,, ya Allah,,, kok bisa sih ketemu sama dia lagi disini”
Dina masih sedikit syok karena bertemu dengan Vino yang juga sedang ada pameran kendaraan di mol ini.
“aaaah yaudahlah,, nanti pulanya jagan lewat loby lagi biar gak usah ketemu sama dia, males banget” ungkap Dina dalam hatinya yang masih tak berkenan dengan pertemuan dengan vino di loby mol tadi.
Dina pun memasuki supermarket untuk belanja bulanan,



Seletah membayar semua belanjaan digenggamnya satu kantong plastic putih besar itu di tangan kanannya, begitu keluar dari supermarket diliatnya jam tangan berwana silver kesayangnnya itu.
“wah baru jam delapan, makan dulu ah laper” ungkap Dina yang seakan enggan pulang.

Dina yang sedari pulang kantornya itu memang belum makan pun menuju restoran cepat saji, dibelinya Hamburger dan satu botol soft drink. Dina menuju balkon restoran tersebut, ia lebih memilik makan di area terbuka, walau smoking room tapi ia tak perduli, ia hanya ingin makan sambil menikmati udara malam dan kendaraan yang berlalu-lalang di sekitar morl tersebut. Ditelakkannya kantong plastic putih itu di bangku sebelahnya, sambil menikmati hamburgernya, tetiba dia teringat kambali akan pertemuannya dengan Vino di loby mol tersebut.

Vino dan Dina memang dulu pernah ada hubungan, Vino sangat sayang kepada Dina, namun kala itu Dina belum bisa membuka hatinya untuk laki-kali karena baru saja putus dengan teman sekantornya yang bernama Antony, Dina merasa sangat sakit hati karena diduakan. Vino sudah berkali-kali meyakinkan Dina kalau dia tulus mencintai Dina dan tidak menyakiti hatinya kelak. Dina pun akhirnya mencoba untuk membuka hatinya kembali untuk Vino,  namun tetap sulit baginya untuk mulai mencintai, rasa trauma yang dialaminya sangat memebekas dalam hatinya. Hingga akhirnya Dina pindah dari tempat kerja dan Vino pun memutuskan untuk melepaskan Dina, karena usianya yang sudah cukup matang Vino akhirnya menikah dengan wanita lain lima bulan setelah Dina pindah dari tempat kerjanya itu.


Dina masih disibukkan dengan lamunanya akan Vino, hamburgernya pun  telah habis disantap, sambil meminum soft drink, dan memandangi kendararan yang lewat di depan mol. Tetiba ada seseorang yang menyentuh pundaknya dan memanggilnya.
"Dina”.
Suara tersebut membuyarkan lamunan Dina, diapun segera menoleh kebelakang.
Betapa terkejutnya dia bahwa yang menepuk pundaknya adalah Vino.
"Vino,,," jawab Dina dengan rasa tak percaya bahwa akan bertemu dia lagi.
"kok belum pulang, udah selesai belanjanya?" tanya Vino dengan lembutnya.
"udah,, tadi laper banget jadi mampir kesini buat makan sambil istirahat sebelum pulang" jawab dina yang terlihat kikuk dengan kehadiran Vino.
“boleh aku duduk?” tanya vino kepada Dina.
Dina pun hanya menganggukan kepalanya.


"loe kok bisa tau gue ada disini ?? ngikutin gue yaa?? " tanya dina yang masih terheran kalau Vino bisa menemukannya.
"tadi gue mau balik, pas lewat tangga escalator  ke arah basement dari jauh gue liad loe lagi duduk sendirian, yaa gue samperin aja,, kenapa ? apa gue ganggu loe ? " balik Vino bertanya pada Dina.
"mm..enggak kok, cuma heran aja kok bisa ketemu lagi" 
"enggak seneng ya ketemu gue lagi ?” 
"bisa aja lw” jawab Dina sambil tersenyum kecil yang terlihat dipaksakan

Lalu keduanya sama-sama terdiam,mata Vino dan Dina sama-sama melihat ke jalan di depan mol,, udara malam yang dingin ikud menemani keduanya,,
"Gimana Din, kamu lagi deket sama siapa? udah punya pacar ?" tanya vino mencoba basa-basi demi memecah kesunyian diantara mereka.
"Belom" jawab dina dengan sedikit rasa malas. "istri loe gimana? udah hamil?' balik Dina bertanya pada Vino.
"Alhamdulillah, udah 5 bulan". 
"oowh Alhamdulillah bagus deh" 
"Din, kenapa sih kotak BB gue loe apus?, loe marah ya sama gue?" dengan wajah serius Vino bertanya.
"Enggak kok" jawab Dina dengan singkat, sambil meminum soft drink yang hampir habis.
"Trus kenapa?” Tanya Vino sambil menatap dalam-dalam wajah perempuan yang sudah hampir satu tahun tak ia temui itu.

Dengan menghirup udara malam, dan dengan tatapan ke arah jalan Dina mencoba untuk menyusun kata menjawab pertanyaan Vino. Dadanya kembali terasa sesak, memory yang dulu telah dikuburnya dalam-dalam sekarang mucul tak diundang.

"Gue itu wanita yang paling bodoh Vin” ungkap Dina sambil mendukan kepalanya seakan ada ada penyesalan yang terhimpun begitu besar.
“Disaat itu perasaan gue lagi sakit sama temen sekantor gue, hati gue capek di sakitin terus, sampe membuat gue takut buad jatuh cinta, hingga ada seorang laki-laki yang coba nawarkan dengan tulus rasa sayang sama gue,  tapi gue terlalu takut untuk buka hati, untuk dapat mencintai pria tersebut. Dia datang disaat yang salah, disaat hati gue udah mulai membeku untuk bisa mencintai seorang laki-laki. Tapi lelaki itu dengan sabarnya terus berusaha mendapatkan simpati gue, dia terus memperjuangkan perasaan cintanya yang ternyata udah dua tahun dia pendem”. Ungkap Dina dengan air mata yang mulai mengembang.


Dina mencoba menghela napas dalam-dalam untuk menahan air mata itu agar tak jatuh di pipinya.
"tapi gue terlalu egois, hingga mungkin dia merasa lelah dan perjuangannya sia-sia lalu dia pergi meninggalkan gue. Tapi.. tanpa laki-laki itu sadari, cinta yang tulus itu terus mengikuti gue,, gue terus kebayang wajah dia, terbayang akan kebaikannya, tapi gue terus menyangkal kalau gue udah jatuh cinta sama dia. Sampai akhirnya dia ngabarin gw kalau dia akan segera menikah”

Dina mulai tak bisa membendung air matanya, perlahan airmata itu membahasi pipinya, dengan suara yang mulai parau dia melanjutkan ceritanya.
“Saat denger kabar itu tubuh gue gemetar,, gue cuma bisa terdiam,, dada gue sakit,,
Gue seperti mimpi, seakakan tak percaya bahwa dia akan menikah secepat itu. semenjak itu wajah dia seperti makin sering mengikuti gue, gue lebih banyak diam, tapi dalam diam itu selalu dia yang gue pikirin. Sampai pada saat malam sebelum dia menikah itu adalah puncak kegalauan gue, gue gak bisa tidur sampe jam empat subuh. Dikamar gue cuma bisa nangis, ngebayangin dia yang besok mau menikah. Rasanya gue mau telpon dia, gue pengen bilang kalau gue udah jatuh cinta sama dia. Tapi apa daya gue hanya bisa terdiam menagis menunggu pagi,,, yaa nunggu waktu pernikahan dia dengan wanita pilihannya. Gue nyeseeel banget, karna gue gak memperjuangin cinta gue, gak seperti dia yang terus berusaha memperjuangkan cintanya. GUE BENCI DIRI GUE SENDIRI,, GUE BENCI !!!!”

Vino hanya tertengun mendengarkan cerita Dina, ia tersadar bahwa lekaki yang di ceritakan Dina adalah dirinya, Vino tak percaya bahwa Dina ternyata menyimpan rasa cinta kepadanya. Dengan air mata yang makin membanjiri pipinya Dina berusaha melanjutkan kisahnya.
"apa ada keadaan yang lebih buruk selain loe benci sama diri loe sendiri ???" itu rasanya gak enak Vin, nyiksa banget. Sampai saat ini gue terus berjuang ngelupain dia, Cinta dia sederhana tapi begitu membekas di hati gue, tapi gue gak bisa terus-terusan begini, gue coba hapus kontak BBnya, hapus dia dari pertemanan di Facebook pokonya gue mau dia hilang dari hidup gue”.

Dina coba menyika air matanya yang sedari tadi membasahi pipinya sambil menenangkan dirinya.
"jadi sekarang loe paham kan vin,, kenapa kontak BB loe gue hapus,,, cuma dari hati  dan fikiran gue aja vin loe gak bisa keapus” ungkap Dina dengan air mata yang kembali mengalir dari sela-sela matanya.
"Jadi itu alasanya" jawab vino dengan mata yang terus memandangi Dina.
"Lebih baik gue gak pernah kenal sama loe Vin,, dari pada gue harus ngelupain loe,, berat rasanya,, loe begitu baik sama gue,, begitu tulus,, Inget sama loe itu sama aja inget kebodohan gue Vin"

Bibir Vino kelu, ia mematung tak tau harus berkata apa untuk menenangkan Dina. Disatu sisi ia bahagia karena ternyata Dina mencintainya bagitu dalam, tapi disatu sisi dia sudah tak mungkin mencintai Dina, karna kini statusnya telah menikah ditambah istrinya yang juga tengah mengandung buah hatinya.
"takdir ini terlalu pahit Vin,, tapi inilah yang harus kita jalanin" ucap vina dengan sedikit terisak kepada Vino. "Gue berharap semoga Allah gak mempertemukan kita lagi vin,, cukup ini pertemuan kita yang terakhir".
"hlo kenapa ??? " tanya Vino dengan herannya

"Karna gue mau lupain semuanya,, ini terlalu menyakitkan Vin,, disaat gue terdasar kalau gue jatuh cinta, tapi disaat itulah gue pun tersadar bahwa gue gak akan pernah bersatu dengan orang yang gue cintai…Gue cuma bisa ber'doa yang terbaik buat loe Vin, semoga kehamilan istri loe lancar, dan loe mempunyai anak yang lucu" ungkap Dina sambil menyeka kembali airmatanya yang seakan tak berhenti mengalir.
“Amin” ungkap Vino pelan menjawab do’a dari Dina. “Jujur Din, disatu sisi gue seneng denger loe ternyata mencintai gue, tapi disisi lain gue sedih denger loe tersiksa akan cinta loe ke gue, gue gak pernah bermaksud menyakiti perasaan loe din”.
“loe gak salah vin, gue yang salah, gue yang egois, gue yang bodoh, gue yang gak bisa bedain mana cinta yang tulus sama gue, mana yang cuma main-main aja”.

Kali ini Vino yang terdiam, dia mengelas napas panjang, ingin rasanya dia memeluk Dina untuk menenangkan hatinya yang saat ini pasti tak karuan. Tapi apa ada dia telah beristri dan dia tak mungkin memeluk wanita lain selain istrinya, walaupun jauh dalam lubuk hatinya dia masih ada cinta untuk Dina.
“gue yakin Allah akan memberikan lelaki yang lebih baik dari gue kok Din” ungkap Vino kepada Dina.
"Amin" Dina hanya menjawab singkat sambil memalingkan wajahnya dari pandangan Vino. "gue capek terjebak masa lalu gini vin,, gue lelah" kata dina sambil menundukan wajahnya.
"sabar din,, akan ada waktunya loe bahagia kok" jawab Vino yang coba menenangkan Dina

Tanpa terasa malam pun kian larut, perlahan pengunjung dalam restoran pun meninggalkan tempatnya. Hanya tinggal beberapa saja yang masih ada dalam resetoran tersebut.  Dina kembali melihat jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 21.10
"Udah malem Vin, bentar langi restorannya juga udah mau tutup”
“iya, loe mau gue anterin pulang?”
"gak usah vin, makasih, gue naik Taxi aja"
"kok gitu sih,, ini kan udah malem,, gak papa ya gue anterin" desak Vino pada Dina
"gak usah loe pulang aja, nanti loe kemaleman, kasihan istri lw nungguin, apalagi sekarang dia lagi hamilkan,, lagi pula rumah gue deket kok dari sini”
"tapi loe gak papa kan"
"I'm oke" 
Dina pun begegas mengambil kantong belanjaannya yang tadi di telakkan dibangku sebelahnya.

keduanya pun berjalan beriringan keluar dari restoran yang saat itu  sudah mulai sepi.
“selamat tinggal vin,, jaga istri loe baik-baiknya" ucap Dina pada Vino di dekat tangga tangga escalator menuju basement,
"jaga diri kamu baik-baik juga ya Din,, gue yakin loe pasti akan dapet orang yang jauh lebih baik dari gue kok”
"makasih" jawab Dina dengan singkat
"yaudah gue duluan ya, loe beneran nie gak mau gue anter?”  ucap Vino yang hendak menaiki eskalaor untuk ke parkiran, sambil mencoba kembali membujuk Dina dan berharap Dina berubah fikiran.
“iya beneran,, gue bisa pulang sendiri kok, ati-ati ya”
"kamu juga hati-hati naik Taxinya ya"
"iya”

keduanya pun berpisah, Vino turun dengan eksalator menuju tempat mobilnya di parkir dan Dina menuju pintu keluar untuk mencari taxi,,
Dalam langkahnya ke pintu keluar, Dina teringat kembali kata-kata Vino yang mengatakan “gue yakin loe pasti akan dapat orang yang lebih baik dari gue kok Din”.
Dina pun hanya dapat berucap dalam hati
“Sampai saat ini masih kamu  yang terbaik Vin”
Tanpa disadari air matanya kembali mengalir mengiringi langkahnya meninggalkan mol tersebut.


T’lah kau semaikan cinta,,
Dibalik senyuman indah,,
Kau jadikan seakan nyata,,
Seolah kau belahan jiwa,,
Meskipun tak mungkin lagi,,
Tuk menjadi pasangan mu,,
Namun ku yakini cinta,,
Kau kekasih hati,,
(kahitna – Soulmate)

Aku dan Cinta "1-2"

Dear Blog,,

kali ini gw mu cerita soal kisah cinta gw pas SMP,,
pertama masuk,, masih dengan Baju SD Merah Putih, Tengah hari yang panas,, karena gw SMP masuk siang,, gw dibawa ke sebuah kelas,, di lantai satu,, dengan Kelas 1-2

Hari pertama masuk, gw masih MOS sampe 3 hari,,
kala itu masuk seorang laki-laki dengan baju di keluarin,, dia coba menyapa semua anak baru yang masih bertampang polos itu,, hahahaaa

Dia perkenalkan diri dengan nama Lambang,,
nama lengkapnya "Dwi Herlambang"

Dia orang putih,, tinggi, badannya sedang, berisi tapi gak gemuk dan juga gak sixpac,,
yang jelas, ketika itu gw langsung suka sama dia,,
sebagai anak yang baru aja gede,,, gw merasa suka banget sama kakak kelas gw itu,,,,

dia bercerita kalau dia itu dulunya anak kelas 1-2 juga makanya dia milih untuk ngisi MOS di kelas 1-2,,
 dan sekarang dia dikelas 2-2,,
mulai dari MOS itu gw suka perhatin dia,,

Kebetulan tetangga gw juga sekolah diasana, dan seangkatan sama lambang,,
jadii klo ketemu gw pasti nanya soal lambang sama dia,,, dia hari ini gimana, ngapain,, penting banget kesannya tu cowok

Gw sampe apal klo jadwa olah raganya dia itu hari kamis jam terakhir, sedangkan gw kan masuk siang,, jadi klo hari kamis gw selalu dateng lebih awal, cuma buad liad dia olah raga,, rasanya seneeeeeng banged,, klo hari kamis itu tiba, gw bisa puas ngeliatin dia,,

biasanya tiap hari gw selalu mampir ke lantai 3, biar bisa liad dia keluar dari kelas,, yaah pokoknya dalam sehari itu klo gak liad dia,, ada yang kurang di hari-hari gw,,
hahahahaaaa,,

Tapi katanya sih dia udah punya cwe,,  gw sih bodo amat,, karna gw kan pengagum dia, bukan mau jadi pacarnya,,  tapi klo di pikir sekarang, apa coba yang bisa gw kagumin dari dia,, hahaahhaaaa cuma modal kulit putih sama caem aja ..

gw pernah punya fotonya,, dapet dari tetangga gw yang seangkatan sama dia,, nyeseknya gw dapet fotonya lambang lagi sama cewe,, tapi cuma temen doank,,, yaaaa tetap aja,, mana ngambilnya dari jauh,, Suram ,,,

sampe sekarang gw gak pernah lagi tau kabarnya dia,, gw coba cari-cari di Facebook tapi gak pernah ketemu,, yaah mungkin emang udah gak bakal ketemu lagi,,,  kadang suka kangen gimana wajah dia sekarang,,,